Jika “Matari” pada catatan yang lalu merupakan tokoh tunggal yang berjuang di Kota Bandung , catatan kali ini menampilkan tokoh sentral yang keroyokan terdiri dari 5 orang bergentayangan di Jakarta. Kesamaan dari dua cerita ini terletak pada tekad kuat dalam mengejar impian, dengan masalah yang berbeda. Masalah matari adalah kemiskinan sedangkan masalah 5 jagoan ini adalah justru kemapanan.
Alkisah lima gerombolan anak kota yang menjalani kehidupan khas anak muda kota besar, musik, film, belanja, berpergian, nongkrong, bagian dari kehidupannya disamping aktivitas pokok. Tujuh tahun sudah persahabatan mereka jalankan dengan mengekskusi berbagai hal dari yang tidak mungkin dan mencoba segala hal, kafe yang paling terkenal di Jakarta sampai rebus mie instan di pinggir jalan. Musik dan film tersohor sampai yang gak kelas bahkan layar tancap. Hanya film India yang dihindarinya, karena tidak sesuai dengan prinsip mereka, yaitu: bahwa semua persoalan di dunia atau masalah pasti ada jalan keluarnya, tapi bukan dengan joget.
Cerita ini dibumbui dengan percintaan, juga salah pengertian diantara kentalnya persahabatan. Lirik-lirik lagu barat, pribumi sampai lagu wajib, pembicaraan film dan musik juga cukup sarat, foto grafer dan perjalanan ke Gunung Bromo. Aktivitas masing-masing juga digambarkan termasuk dunia kampus yang disajikan kadang agak nakal.
Keseharian yang mereka lalui tidak urung mendatangkan kebosanan baik terhadap aktivitasnya yang mereka jalani maupun kebersamaan antara satu dan yang lainnya. Mereka memutuskan untuk tidak saling bertemu dan tidak saling berkomunikasi selama tiga bulan. Selama tiga bulan itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Salah satu anggota gerombolan ini bahkan dapat menyelesaikan Skripsinya yang tertunda, sidang dan di wisuda jadi sarjana.
Sebuah perjalanan jauh dan cukup sulit ke Puncak Gunung Bromo dipilih sebagai perayaan dari rasa kangen karena terpisah selama 3 bulan. Perjalanan ini mereka hayati dan diisi dengan penuh keyakinan, cita-cita, mimpi, dan tentu cinta. Sebuah perjalanan yang dapat mengubah meraka menjadi manusia sesungguhnya, bukan Cuma seonggok daging yang dapat berbicara, berjalan, dan punya nama.
Salah satu makna yang dapat diambil sebagaimana ditulis dalam cerita ini adalah:
• Setiap punya mimpi, keinginan, atau cita-cita, taruh di depan kening......, jangan menempel......., biarkan dia menggantung....., mengambang....., 5cm di depan kening......, dengan demikian dia tak akan pernah lepas dari pandangan dan pikiran kita...... Dan keyakinan penuh akan tercapai
- Mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang dapat mengubah kehidupan.
- Mimpi dan keyakinan yang dapat membuat manusia berbeda dengan mahluk lainnya.
- Mimpi dan keyakinan yang membuat manusia istimewa di hadapan Sang Pencipta.
• Kemudian untuk meraih mimpi, keinginan, cita-cita tentu memerlukan perjuangan yang disertai dengan tekad kuat, serta:
Kaki yang diajak berjalan lebih jauh dari biasanya.........
Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya......
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya......
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu lebih keras dari baja.......
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya.....
Serta mulut yang akan selalu berdoa......
Jangan terpuruk karena peristiwa yang telah lalu, kareana kita tidak akan pernah dapat memutar waktu untuk mengulang kembali semua dari awal.....
Percayalah, Sang Haliq.... memberikan kebebasan bahwa setiap manusia dapat memulai kembali semuanya dari sekarang...., untuk membuat akhir yang baru...... yang lebih indah......
Saya....., anda...., dan bangsa yang besar ini juga harus punya mimpi......
TIDAK RUGI JIKA ANDA BACA NOVEL INI, BELI ATAU PINJAM SEKARANG, TAPI JANGAN FOTO COFY, KARENA ITU MELANGGAR HUKUM.....
Jumat, 05 Februari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)